BOGOR – Suasana khidmat begitu terasa saat seluruh pegawai Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) melaksanakan upacara dalam rangka memperingati hari Kartini yang ke 140, di Lapangan Upacara Komplek Asrama Surya PPMKP, Senin (22/4).
“Memperingati hari bersejarah merupakan bentuk penghargaan sebuah bangsa terhadap jasa pahlawannya, demikian halnya dengan hari Kartini yang selalu kita peringati setiap tanggal 21 April, “ ujar Rita Setiawati Kepala Bagian Umum PPMKP yang bertindak sebagai Pembina Upacara.
Ia mengatakan, sebagai wanita Jawa dari keluarga bangsawan dengan gelar Raden Ajeng yang terlahir di Kota Jepara pada tanggal 21 April 1879. Sosok Kartini menjadi istimewa karena memiliki pemikiran jauh lebih maju dibandingkan wanita jawa lainnya pada zamannya.
“Di luar tradisi budaya Jawa yang mengukungnya, seorang Kartini mempunyai keberanian untuk berpikir “out of the box” dengan menyampaikan pemikiran-pemikiran dan nilai-nilai idealismenya tentang keberadaan kemajuan wanita pribumi dalam diskusi melalui korespondensi dengan sahabat-sahabatnya di negeri Belanda, “ katanya.
Kata dia, tradisi budaya Jawa lebih banyak menghambat kemajuan wanita pribumi pada masa itu. Kebebasan wanita pribumi dibatasi oleh adat dan tradisi yang menyebabkan tidak adanya keberpihakan kepada wanita untuk dapat dengan bebas menuntut ilmu dan meningkatkan pendidikan. Hal inilah yang melatarbelakangi cita-cita luhur Kartini yaitu emansipasi atau persamaan hak dan kesetaraan hukum bagi seluruh wanita pribumi.
Di sektor pertanian, kata dia, perempuan sebagai sumber daya insani yang cukup besar jumlahnya dan merupakan subyek pembangunan yang cukup handal.
“ Perempuan sangat berperan penting dalam proses menstabilkan pangan baik skala rumah tangga maupun skala nasional, “ujarnya.
Rita melanjutkan dalam skala besar kaum perempuan bekerja dalam beberapa aspek baik produksi, pasca panen, distribusi pangan maupun konsumsi. Kaum perempuan tidak saja berperan pada kegiatan pertanian yang bertujuan dalam menambah penghasilan keluarga, namun mereka juga ikut dalam proses pengambilan keputusan.
“ Kontribusi kaum perempuan di sektor pertanian diharapkan dapat mendukung terwujudnya swasembada pangan dalam upaya peningkatan ketahanan pangan nasional, serta merealisasikan Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia pada tahun 2045, “jelasnya. ( RG/PPMKP)