Posted in Berita on Jan 15, 2015.

PARIS HUTAPEA

PPMKP-Kementan

Abstrak

Inovasi pembelajaran diklat Kepemimpinan tingkat IV dan Diklat Kepemimpinan Tingkat III pola baru yang diselenggarakan Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) memerlukan proses kolaboratif dalam proses pembelajarannya.

Proses kolaboratif diantaranya memerlukan partisipasi dan kesetaraan kekuasaan antara pihak-pihak terkait seperti widyaiswara, coach, mentor, dan penyelenggara diklat melalui pendekatan komunikasi konvergensi. Tujuan artikel ini adalah untuk menghasilkan strategi kolaborasi pada inovasi pembelajaran berbasis komunikasi.  Hal ini dilihat melalui penelitian studi literatur.Hasil penelitian memerlihatkan bahwa pada inovasi pembelajaran  terdapat tahapan-tahapan proses kolaboratif dan komunikasi konvergen yang merupakan aspek utama dalam proses inovasi pembelajaran.

Kata kunci: komunikasi, konvergen, proses kolaboratif

Pendahuluan

Siswono (2009) mengartikan inovasi adalah suatu ide, pemikiran, maupun proses-proses yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu masalah.Inovasi dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan dalam pemikiran, produk-produk, proses-proses, atau tindakan-tindakan yang orisinil dan bermanfaat bagi orang lain. Lebih lanjut Siswono (2009) menyatakan bahwa baru dalam pengertian di sini tidak harus merupakan penemuan yang tidak ada sebelumnya (invention), tetapi dapat berupa reformulasi atau kreasi dari yang sudah ada sebelumnya (discovery). Baru di sini ditekan pada suatu konteks sosial tertentu.

PPMKP Kementan dalam meningkatkan SDM petanian melakukan suatu inovasi pembelajaran yang diterapkan pada Diklat PIM. Inovasi yang dilakukan dengan cara merubah sistem pembelajaran peserta Diklat Kepemimpinan pola lama  yang berbasis kertas kerja menjadi Diklat Kepemimpinan pola baru atau Proyek Perubahan yang berbasis bukti dan inovasi atau keterbaharuan kerja. Menurut Muhammad Idris dan Basseng (2014), Proyek Perubahan adalah bagian dari proses belajar diklatpim yang mewadahi perencanaan inovasi dan manajemen perubahan dengan tujuan mengintervensi sebagaian atau seluruh sistem maupun praktek manajemen yang berlaku di dalam suatu organisasi yang bermasalah agar mampu menyesuaikan lingkungan dan mencapai kinerja yang tinggi, makanya perencanaan inovasi dan manajemen perubahan itu sesuatu yang berkesinambungan tidak bisa ditinggalkan salah satunya.

Agar pelaksanaan inovasi pembelajaran sesuai dengan tujuan maka perlu didukung oleh suatu strategi kolaborasi melalui komunikasi agar proses dapat berjalan dengan efektif.

Rumusan masalah penelitian adalah: bagaimana strategi kolaborasi melalui komunikasi agar inovasi pembelajaran diklat kepemimpinan proyek perubahan yang diselenggarakan PPMKP dapat berlangsung secara efektif. Berdasarkan rumusan tersebut, tujuan penelitian adalah: menghasilkan strategi kolaborasi pada inovasi pembelajaran pada DIKLAT PIM Pola Baru yang diselenggarakan PPMKP berbasis komunikasi.

Literatur Review

1. Inovasi

Inovasi sering dikaitkan dengan kreativitas. Kreativitas menurut Setiawan (2001) dalam Siswono (2009) berhubungan dengan orisinalitas dari produk, proses, maupun pribadi yang mampu menciptakan sesuatu yang belum diciptakan orang lain, sedangkan inovasi suatu proses penyempurnaan suatu produk atau suatu proses yang sudah ada. Williams dalam Siswono (2009) menggambarkan hubungan kreativitas, inovasi,dan implementasi seperti pada Gambar 1 berikut.

model 1

Model di atas (Williams dalam Siswono 2009)  menunjukkan bahwa penemuan kembali (discovery) dan penemuan baru (invention) sebagai hasil dari kreativitasyang mengarahkan pada proses inovasi dan implementasinya. Tahapan diawali dari suatu kreativitas yang dapat menghasilkan penemuan kembali (discovery) dan penemuan baru (invention), sehingga bila diterapkan menjadi suatu  inovasi. Dengan demikian untuk menghasilkan suatu inovasi diperlukan suatu kreativitas dalam pemikiran, proses-proses,maupun tindakan individu itu sendiri (Siswono 2009).

2. Proses Kolaborasi

Proses kolaboratif merupakan suatu proses adaptive system dimana pendapat-pendapat yang

berbeda dari berbagai pihak yang akhirnya menghasilkan suatu konsensus. Anshell dan Gash

(2008) dalam Sufianti et al. (2013) memetakan suatu model yang menggambarkan bagaimana proses kolaboratif terjadi. Proses kolaboratif menurut model ini terdiri dari berbagai tahapan yaitu dimulai dari adanya dialog secara tatap muka, membangun kepercayaan, membangun komitmen terhadap proses, berbagi pemahaman dan terbentuknya hasil sementara.  Innes dan Booher (2010) dalam Sufianti et al. (2013) mengembangkan model DIAD Network Dynamic yang menggambarkan jejaring kolaboratif dimana terdapat keragaman agen-agen, saling ketergantungan antar pihak terkait dan dialog otentik dimana komunikasi mengalir melalui jejaring secara akurat dan dapat dipercaya diantara para pihak terkait.

3.Teori Akomodasi Komunikasi

Teori akomodasi berpijak pada premis bahwa ketika pembicara berinteraksi, mereka menyesuaikan pembicaraan, pola vokal, dan/atau tindak tanduk mereka untuk mengakomodasi orang lain (Giles 1980 dalam West & Turner 2010).  Pembicara memiliki berbagai alasan untuk mengakomodasi orang lain, beberapa berharap untuk memancing persetujuan dari pendengarnya, beberapa ingin mencapai efisiensi komunikasi dan yang lainnya ingin mempertahankan identitas sosial yang positif (Giles et al. 1987 dalam West & Turner 2010).  Salah satu asumsi teori akomodasi komunisasi yaitu terdapat persamaan dan perbedaan di antara para komunikator dalam sebuah percakapan (Giles 1980 dalam West & Turner 2010).  Teori akomodasi menyatakan bahwa dalam percakapan orang memiliki pilihan yang meliputi: konvergensi yaitu interaksi yang berlangsung mengarah pada penajaman kesamaan dan penyatuan dan divergensi yaitu interaksi yang berlangsung mengarah pada penajaman perbedaan dan pemisahan (Giles 1980 dalam West & Turner 2010; Stohl 2001). Akomodasi komunikasi yang mengarah kepada penajaman kesamaan dan penyatuan pendapat (konvergen) akan meningkatkan efektivitas komunikasi (Gandasari et al. 2014).

Metode Penelitian

1. Kerangka Berpikir Penelitian

Strategi Kolaborasi pada Inovasi Pembelajaran pada Diklat PIM PPMKP berbasis Komunikasilebih memusatkan perhatian pada pemahaman tentang strategi komunikasi antar peserta pelatihan dan pendidik tentang proses kolaborasi melalui komunikasi (Gambar 2).

model 2

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang melakukan penelaahan berdasarkan literatur atau data sekunder. Data sekunder  dikumpulkan dari buku-buku dan jurnal-jurnal penelitian yang berkaitan dengan proses kolaborasi dan akomodasi komunikasi. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu Oktober 2014. dengan melakukan studi literatur terkait penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Setelah melakukan studi literatur maka strategi kolaborasi pada inovasi pembelajaran pada Diklat PIM PPMKP berbasis komunikasi seperti pada Gambar 3.

model 3

Inovasi dilakukan pada semua bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Inovasidapat terjadi pada kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, organisasi atau struktur  pendidikan yang ada. Fokus pembicaraan ini terletak pada inovasi pembelajaran di pada Diklat PIM PPMKP. Dengan demikian, inovasi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam pembelajaran yang dianggap baru untuk meningkatkan mutu pembelajaran melalui pembekalan teori di kelas dan pembelajaran dalam memecahkan masalah atau mengimplementasikan suatu program di luar kelas (dalam hal ini instansi peserta) agar ilmu yang dipelajari di kelas dapat bermanfaat bagi instansi peserta diklat.

Usaha mencapai tujuan bersama membutuhkan proses kolaboratif dalam perencanaan  dan pelaksanaannya. Proses kolaboratif memiliki karakteristik dalam hal menekankan  pentingnya kerjasama dengan didasari komunikasi antar pihak terkait dalam hal ini pendidik, peserta dan atasan peserta. Proses kerjasama tersebut akan berlangsung dengan baik jika terdapat komunikasi dalam bentuk dialog yang konvergen didalamnya. Dalam hal ini, setiap aktor terkait saling menghargai, empati, terjadi hubungan timbal balik dan saling menguntungkan dalam komunikasi yang konvergen.

Proses kolaboratif pada inovasi pembelajaran memerlukan adanya partisipasi dan kesetaraan kekuasaan para pihak-pihak terkait. Dengan demikian, penting bagi para pihak terkait untuk berpartisipasi dan dapat duduk bersama dalam memecahkan permasalahan. Menurut Siswono (2009) partisipasi sendiri hanya akan terjadi jika mereka memiliki kepentingan dan memiliki kesempatan untuk menyuarakan kepentingannya, dan partisipasi tersebut hanya akan terjadi jika ada saling ketergantungan dan kepercayaan. Kesetaraan kekuasaan sendiri mengandung arti tidak ada dominasi oleh pihak tertentu, setiap aktor yang berdialog tidak dihalangi oleh batas hirarki, dan terdapat rasa saling menghormati.Proses yang memuat aktivitas komunikasi konvergen, partisipasi, kesetraan dan berorientasi kepada keputusan bersama merupakan suatu proses kolaboratif.

Usaha mencapai tujuan bersama membutuhkan akomodasi komunikasi mengarah kepada penajaman kesamaan dan  penyatuan (konvergen).  Pihak-pihak terkait akanberusaha mencapai tujuan-tujuan dengan mendiskusikan isi dari permasalahan yang dihadapi. Interaksi yang terjadi akan lebih banyak dalam mengakomodasi kebutuhan untuk menjawab mencapai tujuan-tujuan, sehingga dialog dan interaksi yang berlangsung antara pihak-pihak terkait  mengarah kepada upaya menuju kepada kesamaan dan penyatuan pemahaman dalam mencapai tujuan-tujuan. Konvergensi komunikasi oleh para pihat terkait yang berkolaborasi dapat dilakukan melalui upaya untuk saling berbagi pendapat, saling bertanya, saling memberikan saran, mencoba mencapai kesepakatan, pengurangan ketegangan  dan berperilaku ramah dan bersahabat Komunikasi konvergen (Gandasari et al. 2014) diperlukan untuk menciptakan komunikasi yang efektif.

Simpulan dan Saran

Proses kolaboratif memiliki karakteristik dalam hal menekankan  pentingnya kerjasama dengan didasari komunikasi antar pihak terkait dalam hal ini pendidik, peserta dan atasan pesertaProses kolaboratif pada inovasi pembelajaran memerlukan adanya partisipasi dan kesetaraan kekuasaan para pihak-pihak terkait. Hal ini berarti tidak ada dominasi oleh pihak tertentu, setiap aktor yang berdialog tidak dihalangi oleh batas hirarki, dan terdapat rasa saling menghormati.

Perilaku pihak-pihak terkait yang berkolaborasi memerlukan upaya untuk saling berbagi pendapat, saling bertanya, saling memberikan saran, mencoba mencapai kesepakatan, pengurangan ketegangan  dan berperilaku ramah dan bersahabat mengarah kepada penajaman kesamaan dan  penyatuan (convergence). Komunikasi konvergen penting di dalam meningkatkan efektivitas komunikasi.

Kajian  komunikasi pada penelitian ini memiliki keterbatasan hanya melakukan kajian studi pustaka. Penelitian dalam mengamati proses interaksi komunikasi pada implementasi inovasi pembelajaran yang terjadi diperlukan untuk memperkaya kajian dalam proses inovasi pembelajaran pada diklat kepemimpinan tingkat III dan IV Kementerian Pertanian.

Daftar Pustaka

Agus Dwiyanto. 2014. Fine Tuning: Diklat Kepemimpinan Perubahan, makalah disampaikan pada Lokakarya Proyek Perubahan Diklatpim, PKP2A I Bandung; Jatinangor 8 Oktober 2014

Basseng. 2014. Sistim Evaluasi Diklat Kepemimpinan Tingkat I, II, III, dan IV. Lembaga Administrasi Negara, Jakarta.

Muhammad Idris. 2014 . Konsepsi Proyek Perubahan dan Implementasinya, makalah disampaikan pada Lokakarya Proyek Perubahan Diklatpim, PKP2A I Bandung; Jatinangor 8 Oktober 2014

Gandasari D, Sarwoprasodjo S, Ginting B dan Susanto D.  (2014). Sistem Informasi dan Komunikasi Antar Organisasi Berbasis Aliansi pada Konsorsium Florikultura: Kasus Konsorsium Anggrek[Disertasi]. Bogor. Sekolah Pascasarjana IPB.

Siswono TYE. 2009. Inovasi Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas. https://www.academia.edu/4069238/Inovasi_Pembelajaran_Melalui_Penelitian_Tindakan_Kelas. Diunduh 14 Oktober 2014. 11.27 WIB

Stohl C.  (2001). Globalizing Organizational Communication.  In Jablin F and Putnam L (Eds.). The New Handbook of Organizational Communication: Advances in Theory, Research and Methods. California. Sage Publication, Inc.

Sufianti E, Sawitri D, Pribadi KN, Firman T. (2013). Proses Kolaboratif dalam Perencanaan Berbasis Komunikasi pada Masyarakat Nonkolaboratif. Mimbar 29(2):133-144

   West R, Turner LH. (2010).  Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi. Jakarta. Penerbit Salemba Humanika.