Ciawi--Kedelai menjadi salah satu bahan pangan penting masyarakat Indonesia, karena jadi bahan utama tahu dan tempe, makanan merakyat khas Indonesia yang banyak peminatnya. Selain harganya terjangkau, kedua makanan ini bergizi tinggi. Hal ini membuat konsumsi kedelai dalam negeri cukup tinggi dan kebutuhannya terus meningkat. Namun peningkatan kebutuhan ini tidak dibarengi dengan produksi kedelai lokal yang memadai sehingga impor kedelai Indonesia terus meningkat, padahal dengan nilai sosial, ekonomi dan gizi yang tinggi, komoditas ini digolongkan pemerintah sebagai komoditas strategis.
Untuk memenuhi kebutuhan akan kedelai ini, pemerintah sejak beberapa waktu lalu telah meluncurkan program upaya khusus yang salah satunya menargetkan untuk mencapai swasembada kedelai. Tahun ini, Kementerian Pertanian mencanangkan Gerakan Tanam Serempak Kedelai di 20 provinsi. Salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Di provinsi ini, Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi Bogor ditugaskan untuk melakukan pengawalan dan pengamanan, mulai dari persiapan tanam hingga panen.
Terkait hal tersebut, Kepala PPMKP, Heri Suliyanto selaku wakil dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, di ruang kerjanya Rabu (7/2) mengatakan, perlunya melakukan koordinasi yang intens dengan Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas-dinas pertanian di tingkat Kabupaten. Koordinasi ini juga perlu dilakukan dengan dinas terkait lainnya, termasuk berkolaborasi dengan Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBPSDLP) .
“Di BBPSDLP tersedia data tentang lahan yang dapat dijadikan areal pengembangan kedelai sampai di tingkat kecamatan,” terangnya.
Dengan koordinasi dan kolaborasi tersebut, Heri optimis pencanangan Gerakan Tanam Serempak Kedelai di Jawa Barat dapat terealisasi dan bisa memenuhi target akhirnya, yakni swasembada.
Gerakan Tanam Serempak Kedelai ini mendapat sambutan positif Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, dengan memasang target penambahan luas lahan kedelai 200.000 hektar. Target ini dinilai realistis karena Jawa Barat memiliki beberapa kabupaten penghasil kedelai, seperti Indramayu, Ciamis, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Subang, Sukabumi, Pangandaran, Bandung Barat, Karawang dan beberapa kabupaten lainnya. Hasil produksi panen kedelaipun terus meningkat, dari kisaran 12-14 kuintal per hektar menjadi 16 kuintal per hektar.
Meski demikian, Heri mengaku tidak mudah untuk mencapai swasembada kedelai. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Masalah keterbatasan lahan, persaingan penggunaan lahan dengan padi, jagung dan tanaman perkebunan, jadi tantangan di sektor ketersediaan lahan.
Belum lagi keterbatasan infrastruktur, sarana dan prasarana, serta belum optimalnya penguasaan teknologi oleh petugas dan petani. Selain itu, terbatasnya ketersedian benih dan akses permodalan, serta belum adanya jaminan harga, membuat petani enggan menanam kedelai. Tantangan lainnya adalah tingginya laju alih fungsi lahan produktif menjadi industri, tanpa diimbangi dengan pencetakan lahan pertanian baru.
Terkait dengan peran PPMKP dalam gerakan ini, Heri mengatakan PPMKP akan mengambil peran yang tidak terlepas dari tugas dan fungsi yang ada. PPMKP akan melakukan penguatan lembaga tani, penguatan kelembagaan penyuluhan di tingkat kecamatan (Balai Penyuluhan Pertanian). Sementara, dalam hal pendampingan akan dilakukan oleh penyuluh.
“Aspek pendampingan lebih pas ranahnya teman-teman penyuluh, kita membantu mempercepat luas areal sampai CPCL (Calon Penerima, Calon Lokasi; red), koordinasi dengan kelompok tani atau STPP (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian; red),” ujarnya.
Heri berharap Gerakan Tanam Serempak Kedelai ini dilaksanakan tepat waktu dan tepat sasaran. Selain itu jika didukung iklim normal, maka produksi kedelai nasional meningkat. “Dengan produksi yang meningkat, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor kedelai,” pungkasnya.*** (regi; ed:mnh)