Posted in Berita on Apr 24, 2020.

Isyu pangan sehat mulai diangkat dan banyak dikampanyekan di Indonesia. Mengutip Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) untuk menghadapi masalah kebutuhan pangan di masa depan, ia menyarankan agar masyarakat mengubah perilaku konsumsi menjadi lebih bijak, lebih sehat dan tidak membuang makanan. Para milenial terutama sudah mulai concern terhadap isu pangan, terutama dalam hal pola makan sehat, dan hal – hal yang terkait dengan food loss dan food waste. Untuk itu menurut Mentan diperlukan pemikiran dan kerja keras semua pihak.

“Masalah pangan itu bukan hanya masalah pemerintah, tetapi masalah kita semua. Jadi saya mengajak semua masyarakat terutama para generasi milenial untuk ikut mencari, yuk kita sama- sama cari solusi, untuk Indonesia yang lebih baik,” terang Syahrul

Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menuturkan di tengah wabah Covid-19 ini terbuka peluang bagi pelaku sektor pertanian, khususnya para petani. Peluang ini yang perlu dimanfaatkan para petani untuk meningkatkan kesejahteraannya.

“Petani harus bisa memanfaatkan peluang pertanian ditengah pandemi Covid-19 ini, terutama para petani milenial. Karena virus covid-19 ini otomatis aktivitas impor akan mandeg. Ini peluang buat petani kita untuk meningkatkan produksinya dan olahannya terutama dalam 11 komoditas pangan seperti padi, jagung, kedelai, daging sapi, daging ayam, telur, bawang merah, cabai merah, dan sebagainya. Masyarakat akan lebih banyak konsumsi produk lokal dan tentunya yang sehat,” ujar Dedi.

Makanan sehat kini menjadi trend dimasyarakat. Tingginya kesadaran hidup sehat memancing orang – orang untuk berlomba menghasilkan produk sehat. Sebut saja Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Fatimah Az Zahra di Desa Krasakageng Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan. P4S yang dikelola Sabar Iman ini sudah selama setahun terakhir mengembangkan ayam pedaging dan ayam petelur sehat.

“Ayam pedaging kami memiliki keunggulan tidak bau anyir, berwarna pink segar dan walaupun dimasak tanpa bumbu dan tanpa minyak rasanya sudah sangat lezat, “ ujar Sabar, Jum’at (24/4).

Selain itu dari hasil uji lab, ayam yang dihasilkannya tidak mengandung cholesterol dan nol antibiotik dengan protein tinggi, lemak rendah, mengandung Omega3, Omega6 dan Omega9. Sementara untuk petelur menghasilkan telur lezat, tdk bau amis/anyir, kuning telur bisa dicubit, albumin sangat tebal, meski ditaruh dekat tempat sampah tdk dikerubuti semut dan lalat. Bahkan telur ini aman dikonsumsi dengan cangkangnya. Kata dia untuk menghasilkan ayam sehat Ia melakukan inovasi dengan treatment khusus yakni meningkatkan metabolisme ayam dengan ekstrak enzyme. Dengan treatment ini feses jadi tidak berbau sehingga tidak mengganggu lingkungan dan populasipun tak perlu banyak.

“ untuk skala rumahan cukup 10 – 20 ekor. 10 ekor hanya membutuhkan tempat satu meter persegi ,20 ekor dua meter persegi dan seterusnya, sehingga Ibu rumahtangga yang tinggal diperkotaan bisa mencoba memelihara karena kotorannya tidak bau dan cara beternaknyapun sangat mudah,” ujarnya.

Dengan banyaknya masyarakat terutama para ibu rumah tangga memelihara ayam sehat dan mengolahnya diharapkan ikut membantu program pemerintah dalam kemandirian pangan. Ayam sehat ala rumahan yang dipelihara memiliki kualitas yang lebih sehat dibanding hasil peternakan biasa. Ia yakin dipasaran akan banyak peminat dan mudah bersaing. Saat ini Sabar sudah membuka kedai olahan ayam sehat ala rumahan bekerjasama dengan Kelompok Tani penghasil beras organik tak jauh dari lokasi P4S.

RG/PPMKP