Posted in Berita on Aug 11, 2015.

Miko Harjanti SE.,M.SE.,MA

Abstrak

Menghadirkan semangat akuntabilitas dalam bekerja akan membantu melepaskan diri dari konteks bekerja sebagai rutinitas. Mencintai pekerjaan serta menjalin hubungan kerja yang ideal dengan rekan kerja adalah sebuah cara memaknai akuntabilitas dalam bekerja. Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus memiliki semangat akuntabilitas agar dapat menampilkan kinerja prima dan membawa perbaikan di lingkungan kerja.

Kata Kunci : akuntabiltas, kinerja, hubungan

Kita sering kali mendengar kata akuntabilitas namun tidak mudah untuk memahami maknanya. Akuntabilitas seakan sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Akuntabilitas sering dimaknai sebagai kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah bagi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah harapan yang diemban dari masyarakat sebagai stake holder yang terwujud dalam tugas dan pekerjaan.

Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal dan berfokus pada peningkatan kinerja, penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Dalam hal ini setiap individu/kelompok/institusi yang terlibat secara aktif akan diminta pertanggungjawabannya.

Tantangan yang hadir sepanjang perjalanan karier adalah mengembangkan catatan prestasi khusus yang membuat seorang PNS lebih istimewa. Dalam usaha mempersiapkan diri untuk mencetak prestasi, pertanyaan berikut patut ditanyakan kepada diri sendiri : “Dengan cara apakah saya membuat perbaikan dalam pekerjaan saya saat ini?“ Pekerjaan yang dijalani sehari hari tidak hanya dimaknai sebagai rutinitas. Hasil kerja seorang PNS adalah sebuah kontribusi yang mampu menghadirkan perbaikan pada orang-orang disekitar kita.

Seorang perawat yang bekerja di sebuah Rumah Sakit Umum Daerah terpencil sangat disukai oleh pasiennya. Sepintas dia tidak berbeda dengan perawat lain yang sibuk di depan pasien-pasiennya. Namun ada hal yang membuatnya istimewa dibandingkan perawat lain. Sikapnya selalu ramah saat menerima keluhan pasien dan melakukan pemeriksaan serta hal-hal kecil yang nampaknya remeh. Dia menyempatkan berbicara pada pasien dan melakukan pelayanan tuntas sepenuh hati.

Berhadapan dengan petugas ini, kita akan merasakan perbedaan dengan petugas lain yang hanya menjalankan kewajibannya sebagai rutinitas. Membuat perbaikan berarti keluar dari sekedar rutinitas dan tugas yang telah ditetapkan. Seorang PNS akan menjadi pribadi yang mengesankan jika ia menampilkan karakteristik dan kontribusi yang berbeda dan membawa perbaikan.

Dalam dunia kerja, banyak sekali halangan untuk mewujudkan akuntabilitas kinerja contohnya ketidaksabaran dalam memberi pelayanan; tidak tepat waktu; konflik kepentingan pribadi dengan kepentingan publik; prosedur yang belum tertata; serta rekan kerja dan atasan yang tidak mendukung.

Penerapan akuntabilitas dalam bekerja dihadapkan pada tantangan siapa yang akan menjadi pelopor. Saling tunjuk dan berharap orang lain akan bertindak akuntabel menjadi fenomena diawal sebuah proses. Namun jika semua pihak yang terkait hanya berharap tanpa bertindak memulai, maka akuntabilitas tidak akan terwujud. Dalam bekerja, setiap orang bergantung pada orang lain. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggung jawab memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Di lain sisi, individu/kelompok/institusi bertanggung jawab untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bertanggung jawab antara kedua belah pihak. Dalam inti hubungan terdapat saling menghargai, saling mendukung, dan saling mempercayai.

Setiap orang terlahir membawa sifat egois, namun dalam bekerja kita dituntut untuk mampu mengendalikan sifat tersebut. Orang yang hanya mengikuti egoisme diri sendiri, hanya tertarik memenuhi kebutuhannya sendiri dan memanipulasi orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Ini adalah orang-orang yang memilih untuk “mengambil” bukan “menerima”. Kinerja sebuah instansi akan sangat dirugikan dengan keberadaan orang seperti ini.

Konsep keseimbangan dalam hubungan kerja berarti seimbang dalam member dan menerima dalam sebuah rantai pekerjaan. Mutualitas atau saling menguntungkan dalam menjalani pekerjaan akan berperan signifikan dalam meningkatkan kinerja sebuah instansi. Saling menguntungkan dalam bekerja berarti siap untuk saling memberikan dukungan. Upaya saling mendukung akan membuat sebuah hubungan berkembang pesat. Hubungan kerja menjadi tidak akuntabel jika diwarnai oleh rasa tidak percaya, tidak menghargai, dan tidak mendukung, dan tidak peduli. Sebaliknya, akuntabilitas hubungan kerja akan terwujud jika ada saling percaya, saling menghargai, saling mendukung, dan saling peduli antara seluruh staf.

PNS yang sukses membuat perbaikan dengan menjadi orang yang dapat diandalkan untuk menundukkan berbagai halangan. Mereka bekerja tuntas sepenuh hati tanpa mengecewakan penerima jasa. Orang yang sukses dapat dipercaya orang lain untuk melakukan perbaikan, mewujudkan keinginan menjadi tindakan. Kesuksesan itu tidak akan terwujud tanpa hubungan yang baik dengan seluruh rekan kerja. Maka mewujudkan akuntabilitas dalam hubungan sangat penting untuk mendukung akuntabilitas kinerja.

Referensi Fremantle, David, 2012, 50 Strategi Menjadi Pekerja yang Paling Dicari, Buana Ilmu Populer, Jakarta. Maccarthaigh, Muiris, & Boyle, Richard, 2014, Civil Service Accountability: Challenge and Change, Institute of Public Administration. Modul Akuntabilitas (2014) Diklat Prajabatan. Lembaga Administrasi Negara RI. Jakarta. [printfriendly]