Posted in Berita on Aug 05, 2018.

Sumedang–Regenerasi petani dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sektor pertanian menjadi salah satu isu utama dalam kebijakan di sektor pertanian. Di bawah kepemimpinan Andi Amran Sulaiman selaku Menteri Pertanian saat ini, isu ini menjadi agenda penting selain pencapaian target menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia di tahun 2045.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Program dan Evaluasi Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP), Widianto, saat memberikan arahan kepada peserta magang di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Simpay Tampomas, Jum’at (3/8) lalu.

Menurut Widianto, ada beberapa kegiatan dari program regenerasi petani, antara lain penyediaan sekolah gratis di bidang pertanian. Yakni adanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Penyuluhan Pertanian dan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) di sektor pendidikan formal.

Secara informal, Kementerian Pertanian juga mengembangkan pelatihan-pelatihan untuk para generasi muda yang diselenggarakan di Unit-unit Pelaksana Teknis (UPT) dan P4S. Tidak hanya itu, untuk menarik minat generasi muda terjun di sektor pertanian, pemerintah melalui Kementerian Pertanian juga memberikan bantuan permodalan dan fasilitas bagi generasi muda yang membuka usaha di sektor pertanian.

“Kementerian Pertanian mencoba mengubah gambaran petani sekarang melalui program regenerasi petani guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai bagian dari pendukung capaian Indonesia menjadi lumbung pangan dunia 2045,” papar Widianto.

Sejalan dengan itu, PPMKP, menurut Widianto menjadi bagian dari peningkatan kualitas SDM pertanian melalui kegiatan Magang Petani Muda yang dilaksanakan di P4S Simpay Tampomas, Kabupaten Sumedang. Kegiatan magang yang dilaksanakan sejak 31 Juli sampai 3 Agustus 2018 ini diikuti 10 orang petani muda yang berasal dari Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang. Mereka adalah para pemuda yang telah memulai usaha pertanian dengan komoditas yang dihasilkan berupa palawija, susu, padi, dan buah naga.

Selama di Simpay Tampomas, para pemuda yang lahir di era milenial ini dilatih bagaimana membudidayakan buah naga, beternak kambing PE mulai dari manajemen pakan, pemeliharaan, pemerahan, pengolahan susu, serta pembelajaran analisa usaha. “Usai magang, para peserta diharapkan bisa menerapkan ilmu yang sudah didapat serta harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi, yaitu memanfaatkan internet untuk mencari tambahan ilmu-ilmu baru di bidang pertanian dan peternakan. Inilah ciri petani milenial,” ucap Widianto.

Widianto juga berpesan agar generasi muda tidak takut dan ragu terjun di sektor pertanian, karena pertanian menjanjikan penyerapan tenaga kerja yang banyak serta menjadikan hidup sejahtera. “Tidak usah takut memulai usaha di pertanian dan peternakan, jangan menjadi tenaga kerja tapi menjadi orang yang mencari tenaga kerja alias menjadi pengusaha,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua P4S Simpay Tampomas, Sujana Kasim mengatakan, selama magang, peserta sangat antusias, selain karena jiwa muda, juga tingginya rasa ingin tahu. “Para peserta sangat antusias dalam mengikuti setiap kegiatan, semoga apa yang didapat dalam kegiatan ini bisa diterapkan di daerahnya masing-masing,” ucapnya.

Salah seorang peserta magang, Irwan mengaku senang dangan apa yang diperolehnya selama magang dan tertantang untuk mengaplikasikan hasil magangnya di daerahnya. “Kami berkomitmen untuk menerapkan ilmu serta pengalaman yang sudah didapat. Kami berharap Kementan melalui PPMKP Ciawi dapat terus melaksanakan kegiatan magang, khusus para petani muda. Semoga kedepannya banyak terlahir para petani muda yang dapat mengolah potensi yang ada di daerah masing-masing,” ujar Irwan, yang juga anggota Karang Taruna Kecamatan Cimalaka.*** (yi; ed: mnh)