Ketapang--Program Upsus (Upaya Khusus) merupakan upaya-upaya lebih yang dilakukan untuk menghasilkan yang lebih. Apabila hasilnya tetap sama atau bahkan menurun, maka upaya khusus tidak diperlukan. Hal tesebut diungkapkan Kepala Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP), Heri Suliyanto di hadapan para penyuluh pertanian Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat dalam pertemuan penyisiran data Luas Tambah Tanam (LTT) padi di Kabupaten Ketapang, Rabu (25/7).
Heri memaparkan, menurut data dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Ketapang, pada Juli tahun lalu LTT kabupaten ini 311 ha dan lebih dari 50% didapat dari Kecamatan Kendawangn. Sementara hingga menjelang akhir juli tahun ini, LTT di Kendawangan baru mencapai 33 ha. "Pertanyaannya, barang itu kemana sekarang?" tanya Heri.
Heri melanjutkan, dengan upaya khusus yang dilakukan seperti bantuan alat dan mesin pertanian, bantuan benih, pupuk, juga pendampingan, seharusnya capaiannya ada diatas angka tersebut. "Apakah karena penyuluhnya tidak melaporkan atau ada kendala lain? " kata Heri.
Heri mengingatkan tugas penyuluh pertanian dalam hal upsus ini terikat pada tugas dan kewajiban sesuai Surat Edaran Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Keberhasilan upsus akan sangat bergantung dari pelaksanaan tugas penyuluh pertanian, apakah melakukan tugas atau tidak. "Kalau tidak melaporkan, jadi tidak ketahuan kerja atau tidaknya," jelas Heri
Kinerja penyuluh pertanian, tambah Heri, diukur dalam Indikator Kinerja Penyuluh Pertanian, apabila natinya hasil evaluasi indeks kerjanya menurun kemungkinan akan berpengaruh juga terhadap Biaya Operasional Penyuluh (BOP). "BOP bisa turun atau meningkat sesuai dengan hasil kinerja," terangnya.
Menurut Heri, khusus untuk Kabupaten Ketapang dan Kapuas Hulu yang merupakan wilayah pendampingan dan monitoring PPMKP, penyuluh yang rajin melaporkan data LTT akan mendapatkan apresiasi dari PPMKP. Penyuluh tersebut akan diundang ke PPMKP untuk menjadi peserta Pelatihan Manajemen Kepemimpinan bagi BPP yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.
Sementara itu Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Kendawangan, Ucup Sucipto menuturkan dari 19 desa yang ada di wilayahnya sebagian besar merupakan sawah tadah hujan. Sebagian besar pemilik lahan juga tidak hanya menggantungkan hidupnya sebagai petani, melainkan juga sebagai nelayan dan buruh bangunan. Sehingga ketika musim kering, apalagi sudah lebih dari sebulan wilayahnya tidak ada hujan, petani beralih profesi menjadi nelayan. Saat ini, tambahnya, harga udang sedang meningkat. "Llaut sedang musim udang dan petani lebih memilih jd nelayan," jeĺasnya.
Meski demikian, papar Ucup, pihaknya tidak berputus asa untuk memotivasi petani melakukan penanaman padi. BPP dengan Babinsa terus memberikan motivasi kepada petani dengan gerakan semai dan tanam bersama.
Dalam pertemuan tersebut terungkap pula kendala-kendala yang dihadapi penyuluh pertanian dalam pengumpulan data, salah satunya adalah jarak yang sangat jauh dari satu desa dengan desa lainnya, sehingga pengumpulan data tidak dapat dilakukan setiap hari. Bahkan ada satu wilayah yang membutuhkan waktu tempuh sampai sehari semalam melalui jalan darat. Alternatifnya dengan menyeberangi laut menggunakan sampan, namun biayanya sangat mahal, sehingga kunjungan hanya bisa dilakukan 1-2 bulan sekali.
Seusai pertemuan tersebut, Heri melanjutkan penyisiran data LTT dengan kunjungan lapangan. Dari kunjungan tersebut ditemukan potensi luas tanam yang belum terlaporkan yang pada akhirnya dapat mendongkrak angka LTT Kabupaten Ketapang.*** (regi; ed: mnh)