Posted in Berita on May 04, 2020.

Jakarta, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yassin Limpo menegaskan generasi muda, atau yang biasa disebut pemuda milenial, menjadi penentu kemajuan pertanian di masa depan.

Syahrul mengatakan, estafet petani selanjutnya berada pada pundak generasi muda. Sebab, mereka mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pertanian.

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu percaya bahwa anak muda yang mau terjun di bidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik.

"Generasi milenial adalah masa depan sektor pertanian. Generasi yang mampu memanfaatkan teknologi untuk pertanian. Dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia, dunia dalam genggaman mereka," paparnya.

Pernyataan tersebut dipertegas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi. Menurutnya, keberadaan para petani milenial sangat diperlukan untuk menjadi pelopor sekaligus membuat jejaring usaha pertanian.

"Mereka (petani milenial) diharapkan mampu menarik minat generasi milenial menekuni usaha di bidang pertanian. Apalagi, sudah banyak petani milenial yang kini menjadi pengusaha sektor pertanian dan mengembangkan usahanya dari hulu hingga hilir," ujar Dedi di Jakarta, Senin (4/5).

Salah satu Duta Petani Milenial asal Semarang, Jawa Tengah, Shofyan Adi Cahyono adalah contohnya. Kesuksesannya menjadi magnet bagi generasi milenial Kabupaten Semarang untuk terjun ke sektor pertanian

Koordinator Jabatan Fungsional Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Iswanto TP menceritakan, sebutan petani sekarang populer dipanjangkan menjadi Pemuda Tampan Masa Kini.

"Hal ini tak lepas dari kehadiran Shofyan Adi Cahyono sebagai Duta Petani Milenial yang memberi warna bagi generasi milenial Kabupaten Semarang untuk tampil mengambil peran di sektor pertanian," ujar Iswanto pada akhir bulan lalu.

Iswanto juga menyebut contoh lahirnya petani milenial lainnya yang juga mengelola Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Tani Manunggal di Kecamatan Jambu, Hadi Suprapto.

"Saat ini Hadi bersama anggotanya mengelola kopi mulai dari penanaman, panen, proses pembuatan jadi kopi bubuk kemasan, hingga warung kopi siap saji. Bahkan produk kopi Gunung Kelir sudah diekspor hingga Australia," ungkapnya.

Mereka juga merintis wisata edukasi proses pembuatan dan pengolahan kopi. Wisatawan bisa datang langsung ke lokasi ini untuk bersama-sama melakukan proses pengolahan dari biji kopi menjadi bubuk dan siap saji.

Ada juga nama Siwi Andriani, petani milenial yang sedang mengembangkan usaha tanaman Sri Rejeki atau yang dikenal dengan sebutan Aglaonema.

Sebagai tanaman yang di nobatkan sebagai andalan Kabupaten Semarang, Aglaonema selama ini cocok dibudidayakan di wilayah Bandungan dan Ungaran serta Getasan yang berada di kaki gunung Merbabu dan Telomoyo.

Munculnya trend positif ini merupakan hasil pembinaan melalui kegiatan pelatihan, fasilitasi sarana rumah kemas dan sejumlah fasilitas lainnya. Ke depan diharapkan lebih banyak petani milenial yang muncul dengan komoditas berbeda.