Keterangan Foto : Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr. motivasi CPNS untuk jalankan tugas mulia di Kementan.
Ciawi Bogor – PPMKP : Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi berdiri dihadapan 160 orang CPNS peserta Pelatihan Dasar (Latsar), undangan dari perwakilan eselon I lingkup Kementerian Pertanian (Kementan), dengan penuh semangat Ia meneriakan kata Aparatur yang dijawab peserta dengan kata Siap dan Kata Pertanian dijawab antusias peserta dengan kata Maju. Dedi hadir membuka Latsar CPNS Kementan golongan II angkatan 5,6,7,8 di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP). Dedi menyampaikan para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) setelah selesai mengikuti Latsar akan terjun langsung menjadi pelaksana seluruh kebijakan Kementan di unit kerjanya masing – masing. “ Saya optimis, kedepan pembangunan pertanian didalam pengelolaan calon aparatur yang ada di depan saya ini akan semakin mantap, “ katanya Minggu (18/8).
[caption id="attachment_2905" align="aligncenter" width="400"] Keterangan Foto : Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr. dan Kepala PPMKP Bersama CPNS Peserta Latsar Golongan II wakil dari angkatan 5,6,7,8.[/caption]Ka. Badan menuturkan Kementan paling bertanggung jawab menyediakan pangan. Bebicara Kementan didalamnya ada aparatur yang sudah harus siap melaksanakan tugas mulia ini. Mengutip kalimat yang disampaikan Bung Karno Dedi berujar pangan adalah urusan hidup atau matinya suatu bangsa. Kalau suatu bangsa tidak mampu mengatasi kebutuhan pangannya sendiri maka musnahlah bangsa itu. “ Dengan begitu berbicara masalah pangan kita harus berupaya secara besar – besaran, radikal, revolusioner, mengapa? Karena pangan urusan hidup mati suatu bangsa. Kalau pangan kuat negara pasti kuat, dan sebaliknya kalau pangan lembek Negara pasti lembek, “ ujarnya. Ia menyebut Unisoviet negara yang menjadi pusat persenjataan, pusat ilmu pengetahuan dan teknologi, negara maju yang selalu didepan dalam diberbagai bidang tapi pada tahun 1988 kena paceklik, karena kemarau panjang, gagal panen sehingga dia tidak mampu menyediakan pangan untuk bangsanya sendiri. Akhirnya terjadilah krisis pangan yang disusul dengan krisis – krisis lainnya, krisis ekonomi, krisis sosial, sampai pada akhirnya negara besar ini terpecah – pecah sampai sekarang. “ Kita belajar dari sejarah dari negara Unisoviet. Betul apa yang dikatakan Bung Karno masalah pangan adalah masalah hidup atau matinya suatu bangsa, “ ucapnya Untuk itu lanjutnya jika ingin NKRI tetap hebat, tetap Berjaya dan kuat maka tak ada kata lain pangan harus kuat ini berarti Kementanpun harus kuat dan supaya kuat aparaturnyapun harus kuat. Cara menjadi aparatur yang kuat, handal dan hebat bisa dilakukan dengan cara menguasai aspek manajerial, aspek teknis terkait dengan tupoksi UPT atau eselon I masing – masing dan aspek sosial kultural . “ Menguasai aspek sosial kultural penting, karena Indonesia adalah negara besar yang luasannya lebih besar dari Unisoviet dengan 13 ribu pulau dan belasan ribu suku bangsa dan bahasa, banyak perbedaan, “ ujarnya. Ia menekankan perbedaan – perbedaan itu harus menjadi kekuatan. Dengan bersinergi akan terbentuk satu kekuatan yang luar biasa, menghasilkan energy yang sangat dahsyat menghasilkan kekompakan didalam membangun pertanian Indonesia. (RG/PPMKP)