Semua komponen dituntut ikut turun tangan memerangi narkoba.
Ciawi Bogor – PPMKP Saat ini, korban narkoba terus berjatuhan, tak kenal strata, dan dari berbagai profesi pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga hingga artis. sehingga semua komponen dituntut ikut turun tangan. Hal tersebut diungkap Dikdik Kusnadi, Kasubdit Lingkungan Kerja Masyarakat (Lingjamas) Direktorat Peran Serta Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam sosialisasi Bahaya narkoba, dihadapan 120 orang CPNS Badan POM yang tengah mengikuti Pelatihan Dasar di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Rabu, (10/4).
” Sayangnya, banyak masyarakat yang masih cuek, kurang peduli dan sibuk dengan urusan masing-masing, “ ujarnya. Dik Dik melanjutkan masih ada masyarakat yang beranggapan , bila bukan keluarga sendiri, ngapain mesti ikut peduli?
“ Anggapan itu yang mesti dikikis, “ imbuhnya.
[caption id="attachment_2564" align="alignright" width="300"] sosialisasi Bahaya narkoba, dihadapan 120 orang CPNS Badan POM yang tengah mengikuti Pelatihan Dasar di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Rabu, (10/4).[/caption]“Bayangkan, sekarang ini 40 sampai 50 orang setiap hari meninggal karena narkotika. Itu ancaman nyata kita. Idealnya semua bergerak. Ikut menyadarkan bahaya narkoba. Saling mengajak, dan saling mencegah, “ ujar Dik Dik.
Ia menambahkan dalam hal memerangi narkotika sudah seharusnya menjadi tugas seluruh warga Negara Indonesia. Dik Dik menghimbau jika terdapat anggota keluarga maupun orang terdekat yang terindikasi menggunakan narkoba agar segera mengirim ke rehabilitasi.
” Silahkan untuk kirim ke rehab, sukarela, tidak ada ancaman hukumannya, tidak pula dipungut biaya,” terangnya.
Begitu jahatnya narkoba, ketika seorang anak terkena narkoba, doa-doa baik orang tua akan berubah. ”Ada yang berdoa, Tuhan cepat ambil nyawa anak saya. Bahkan, ada juga orang tua yang datang ke BNN bukan untuk merehabilitasi anaknya, tapi justru minta agar anaknya ditembak,” ungkapnya.
Dik Dik mengisahkan ada seorang ibu menangis tersedu ketika mendatangi BNN. Dia menceritakan hidupnya setelah sang suami tiada dan hanya bersama anak satu-satunya.
Namun, yang terjadi sungguh di luar akal sehat. ”Ketika bangun tidur, ibunya ditodong pisau oleh anaknya,” ungkapnya
Setelah ditangani BNN, sang anak mengaku tega melakukan itu karena tidak kuat menanggung sakau. Inilah istilah yang digunakan saat tubuh sedang ketagihan dan membutuhkan narkoba sebagai obat sakau.
Dik Dik mengatakan , saat ini terdapat 803 narkotika jenis baru (nps) di berbagai belahan dunia. Di Indonesia sendiri terdapat 74 nps, yang beberapa di antaranya telah masuk dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 20 Tahun 2018 tanggal 3 Juli 2018.
” Dari ke-74 nps tersebut, yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 20 tahun 2018 tanggal 3 Juli 2018 sebanyak 66 jenis dan yang belum diatur dalam peraturan menteri kesehatan sebanyak 8 jenis,” sambungnya.
Dituturkan Dik Dik agar tidak ada anggota keluarga yang menjadi korban, perlu ditanamkan sejak dini pikiran positif. Ketika mencoba narkoba, Dik Dik memastikan, semua proses bergerak cepat menuju tiga tempat, yaitu rumah sakit jiwa, penjara, dan kuburan.
“Jadi ingat ya, kalau ada yang menawarkan narkoba harus ingat tiga hal, yaitu rumah sakit jiwa, penjara, dan kuburan. Itu cara menolak kita,” ujarnya.(RG/PPMKP)