Miko Harjanti SE.,MSE.,MA
Abstrak
Di balik semua keterbatasan yang dimiliki, sektor pertanian di negeri Belanda menunjukan prestasi yang luar biasa. Belanda adalah eksportir produk pertanian terbesar kedua di dunia. Pertanian Belanda berhasil mempertahankan keunggulannya di pasar internasional dengan terus berinvestasi dalam inovasi produksi pertanian.
Kata kunci: agrikultur, hortikultur, inovasi, teknologi
Belanda adalah sebuah Negara kecil di bagian barat benua Eropa. Luas negeri ini hanya 41,5 ribu km2, atau sedikit lebih luas jika dibandingkan dengan Propinsi Jawa Barat. Belanda dihuni oleh penduduk sebanyak 16,5 juta jiwa dan mengalami keterbatasan tenaga kerja hingga tingkat upah menjadi tinggi. Belanda bukan negeri yang dilimpahi kemudahan dalam mengolah alamnya. Negeri ini begitu terkenal dengan tantangan geografisnya sebagai negeri bertanah rendah. Kurang lebih dua puluh persen wilayah Belanda berada di bawah permukaan laut sehingga pasang air laut selalu menjadi kendala. Tanah di tepian laut pun dari jenis gambut yang tidak mudah diolah. Letak geografis di daerah subtropik pun menjadi tantangan karena tanaman tidak akan berkembang saat musim salju tiba.
Kekayaan alam Negara Belanda memang berbeda dengan negeri kita yang sangat luas hingga mencakup 1,9 juta km2 . Indonesia memiliki tanah vulkanik serta didukung curah hujan yang cukup hingga menyediakan lahan yang subur untuk bercocok tanam. Semua jenis tanaman pun mampu hidup sepanjang tahun di negeri ini tanpa mengenal musim. Dari segi tenaga kerja pun Indonesia mendapat kemudahan karena jumlah penduduk yang melimpah.
Di balik semua keterbatasan yang dimiliki, sektor pertanian di negeri Belanda menunjukan prestasi yang luar biasa. Sektor pertanian merupakan kekuatan pendorong perekonomi Belanda. Industri pertanian pangan memberikan kontribusi sebesar 20 persen dari total nilai ekspor Kerajaan Belanda, serta memberikan nilai tambah terhadap PDB (Pendapatan Domestik Bruto) sebesar 52,5 milyar euro. Belanda adalah eksportir produk pertanian terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, sebuah negara berukuran dua ratus kali lipat ukuran Belanda. Pada tahun 2012 tercatat nilai ekspor pertanian Belanda sebesar 75,4 milyar euro. Di pasar internasional, Belanda memasok 22 persen dari ekspor kentang dunia. Sedangkan di pasar Eropa, Belanda memasok seperempat dari sayuran yang dijual di Eropa. Produk utama yang dihasilkan adalah berbagai jenis tanaman agrikultur, bunga, unggas, sapi perahan juga ternak babi.
Sektor pertanian Belanda mempekerjakan sekitar 50 ribu tenaga kerja sebagai petani atau pengusaha agribisnis. Bertani menjadi profesi yang sangat dihargai di Belanda, karena petani adalah pelaku utama dalam rantai produksi pertanian. Petani menghasilkan makanan, bunga dan tanaman dengan kualitas terbaik dan merekapun dapat menjual di tingkat harga yang memuaskan. Mereka menggunakan metode yang inovatif dan berkelanjutan dalam arti bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan kelestarian alam. Sektor pertanian Belanda sangat didukung oleh infrastruktur yang sangat memadai, serta industri pengolahan makanan, perdagangan dan logistik berbasis teknologi tingkat tinggi. Pertanian Belanda berhasil mempertahankan keunggulannya di pasar internasional dengan terus berinvestasi dalam inovasi produksi pertanian.
Dukungan Pendidikan dan Penelitian
Faktor penelitian dan pengembangan menjadi salah satu kunci sukses pertanian Belanda. Tingkat investasi di bidang penelitian oleh perusahaan swasta agroindustri di Belanda adalah tertinggi kedua di Eropa. Pengusaha pertanian Belanda menggunakan sistem produksi yang efisien hingga mampu menghasilkan produktivitas lima kali lebih tinggi daripada rata-rata Eropa.
Sementara itu, sektor pendidikan memberikan andil yang sangat besar dalam riset dan pengembangan pertanian. Wageningen University and Research (WUR) adalah pelopor riset di Belanda dan telah menjadi pusat penelitian pertanian pangan dan gizi terkemuka di dunia. WUR banyak melakukan penelitian dan publikasi pada bidang kajian pertanian serta pangan.
Inovasi yang diunggulkan Belanda contohnya adalah rumah kaca yang mengapung di atas air, platform bergerak, berbagai macam robot, sistem pencahayaan yang inovatif, sistem daur ulang air dan limbah. Belanda juga pelopor dalam pengembangan teknik perbanyakan kultur jaringan, juga produksi benih dan tanaman muda. Mesin terkini yang dikembangkan di laboratorium Belanda adalah kamera melayang yang mampu mendeteksi kebutuhan pestisida pada setiap tanaman tomat. Rumah-rumah kaca dilengkapi panel surya serta teknik insulasi yang baik untuk menurunkan emisi karbon dioksida juga mendaur ulang kelebihan energi di musim panas untuk digunakan di musim dingin. Belanda kini tak hanya mampu menjual produk pertanian tapi juga telah mengekspor teknologinya ke luar negeri.
Lebih dari setengah dari total permukaan tanah di Belanda digunakan sebagai lahan pertanian. Lima puluh enam persen tanah pertanian tersebut digunakan untuk agrikultur dan selebihnya berupa padang rumput untuk peternakan. Untuk menghadapi tantangan cuaca, petani Belanda umumnya melakukan budidaya di bawah rumah kaca (greenhouse). Pada tahun 2010, tercatat lebih dari 10 ribu hektar rumah kaca. Penggunaan rumah kaca di Belanda telah dikombinasikan dengan inovasi di bidang energi, hingga rumah kaca pun mampu menghasilkan sekitar 10 persen dari kebutuhan listrik nasional. Efisiensi energi juga diterapkan di rumah kaca, hingga menghasilkan lebih banyak energi daripada yang konsumsi. Tomat, paprika dan mentimun adalah hasil utama dari budidaya dalam rumah kaca. Produk andalan lain adalah kentang, jagung, barley, bit dan bawang.
Sektor hortikultura Belanda pun merambah pasar internasional,dengan produk andalan yang meliputi berbagai macam bunga (terutama tulip), tanaman hias serta buah dan sayuran. Sektor hortikultura didukung oleh sarana logistik dengan rantai pasokan yang super efisien. Pelabuhan Rotterdam dan Amsterdam Airport Schiphol menjadi pintu akses pengiriman produk segar ke luar negeri.
Hebatnya, untuk menjaga kesegaran produk, Belanda mampu mengirimkan bunga ke New York yang dipotong pada hari yang sama di Belanda. Pembibitan yang dikembangkan oleh perusahaan Belanda telah dilakukan di Kenya, Ethiopia, Kosta Rika, Prancis dan Portugal. Dalam kancah perdagangan hortikultura dunia, Belanda menguasai 24 persen pangsa dunia. Bahkan, lebih spesifik pada produk bunga, Belanda menguasai 50 persen pangsa pasar bunga internasional. Belanda menghasilkan 4,32 miliar tulip setiap tahun. Tahun 2010 Belanda mengekspor 4,6 miliar kilogram sayuran senilai 4,2 miliar euro, hingga menempatkan Belanda sebagai produser besar sayuran segar dunia. Belanda pun dikenal sebagai produsen utama bawang untuk pasar dunia.
Sukses florikultur Belanda juga didukung sektor pemasaran yang handal, di kota Aalsmeer terdapat perusahaan lelang bunga potong dan tanaman terbesar di dunia. Aalsmeer Flower Auction rata-rata menjual 34,5 juta bunga dan 2,3 juta tanaman per hari. Perusahaan ini mempekerjakan 4.100 karyawan dan membukukan penjualan sebesar empat miliar euro pada tahun 2010.
Sektor peternakan Belanda pun tak kalah produktif. Sektor peternakan menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 ribu orang dengan jumlah sapi yang dibudidayakan mendekati 1,5 juta ekor. Seperti hal nya sektor pertanian, peternakan di Belanda pun dijalankan dengan mekanisasi tingkat tinggi. Hal tersebut adalah sebuah solusi atas masalah mahalnya upah tenaga kerja.
Berbagai inovasi di bidang peternakan telah mendorong tingkat produksi susu per sapi menjadi dua kali lipat dibandingkan pada tahun1960. Para peternak di Belanda mengandalkan robot untuk memberi makan serta memantau kesehatan. Untuk menjaga kebersihan, kandangpun kini dirancang khusus agar kotoran ternak langsung diangkut oleh ban berjalan bawah tanah menuju penampungan dan diolah menjadi pupuk serta biogas. Produksi susu per tahun berkisar 1,3 juta ton yang diolah menjadi keju, butter, susu bubuk, susu segar dan produk olahan lain.
Prestasi sektor pertanian dan peternakan Belanda dalam tulisan ini, adalah sebuah refleksi bagi sektor pertanian di Indonesia. Walau memiliki keterbatasan alam Belanda, mampu merubah keadaan. Pertanian di Belanda mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi karena bertumpu pada inovasi teknologi.
Jika dibandingkan dengan Belanda, negeri kita memiliki sumber daya alam yang lebih mendukung untuk sektor pertanian. Walaupun kekayaan alam tersebut masih menjadi potensi yang belum diolah maksimal. Keterlibatan pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan dalam kegiatan penelitian bidang pertanian sangatlah dibutuhkan. Agar di Negara kita lahir penemuan mutakhir seperti yang telah dihasilkan di negeri Belanda. Kinerja bersama seluruh anak negeri di masa depan diharapkan mampu mengangkat produktivitas sektor pertanian Indonesia.
Bagi instansi yang bekerja di bidang kediklatan, Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) pun mempunyai andil mendukung kinerja pertanian Indonesia. Melalui diklat-diklat yang dikembangkan di seperti diklat Kewirausahaan bagi Petani Muda, diklat Pertanian bagi Penyuluh, serta diklat bagi Penyuluh pertanian. Diklat menjadi wadah untuk menyebarkan pengetahuan dan menyemai keterampilan. Seusai diklat para purna widya membawa benih pengetahuan baru dan siap menjadi penggerak pertanian di daerah asal. Peran lembaga diklat menjadi sangat penting sebagai pusat penyebaran pengetahuan. Maka sangat penting bagi lembaga diklat untuk mempersiapkan materi terbaik agar menghasilkan purna widya terbaik pula.
Referensi
The Economist ”Dutch farmers add sustainability to their enviable productivity”. Diakses tanggal 27 September 2014. <https://www.economist.com/news/business/21613356-dutch-farmers-add-sustainability-their-enviable-productivity-polder-and-wiser>
“Holland Is World Leading Exporter Of Agri-Food Products”. Diakses tanggal 28 September 2014. <https://www.hollandtrade.com/sector-information/agriculture-and-food/?bstnum=4909>
“Horticulture is a mainstay of Holland's trade”. Diakses tanggal 24 September 2014.
<https://www.hollandtrade.com/sector-information/horticulture/>
de Haas, Michiel (2013) “Two Centuries of State Involvement in The Dutch Agro Sector An Asessment of Policy in A Long-Term Historical Perspective” WRR Netherlands Scientific Council for Government Policy
Reijneveld, J.A. (2013) “Unravelling Changes in Soil Fertility of Agricultural Land in The Netherlands” Wageningen University, the Netherlands
sumber gambar