Posted in Berita on Aug 30, 2022.

Pekanbaru---Bagi pekebun sawit, ajang pelatihan untuk meningkatkan pemahaman, baik dalam budidaya dan mengelola administrasi keuangan menjadi sangat penting. Mereka haus pelatihan dan informasi untuk meningkatkan kapasitas diri dan kelembagaan.

Terlihat saat Pelatihan Manajemen Administrasi dan Keuangan, yang digelar bersama oleh BPDPKS dan Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Kementerian Pertanian, di Pekanbaru Riau 23 – 27 Agustus 2022  yang diikuti 58 petani. Bagimana petani pekebun sawit di Desa Kijang Makmur, Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, sangat haus informasi.

Seperti, Wahyu Imam Saputra salah seorang pekebun sawit yang mengikuti pelatihan. Dirinya menyampaikan pesan agar Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Kementerian Pertanian dan Dinas Perkebunan bersinergi mengembangkan SDM pekebun sawit secara berkesinambungan dan merata.

”Walau bagaimanapun pohon sawit adalah tonggak sejarah.  Jadi kami mohon ini menjadi catatan, kami ingin petani sawit juga mendapatkan perhatian. pelatihan lebih merata diberikan kepada seluruh petani, ”  pesan Wahyu  yang didaulat mewakili peserta menyampaikan kesan dan pesan dalam penutupan, Sabtu  (27/8).

Ia mengaku ilmunya bertambah setelah mengikuti materi pelatihan. Dirinya mengibaratkan, motor yang awalnya hanya 100 CC kini menjadi 120 CC bahkan 250 CC.

Bahkan pasca mengikuti pelatihan, Ia menjadi lebih mencintai pekerjaannya dan berkomitmen akan bertanggung jawab secara umum untuk bisa memberikan kinerja terbaiknya dalam perkebunan kelapa sawit di Indonesia. “Konsep pelatihan, fasilitator yang kompeten baik PPMKP Ciawi Bogor maupun dari Dinas Perkebunan luar biasa, tidak monoton sehingga tidak membosankan,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama Kepala Bidang Pengembangan Usaha dan Penyuluhan Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Sri Ambar Kusumawati menyampaikan, pelatihan administrasi dan keuangan sangat penting untuk petani maupun kelembagaan pekebun sawit.

Karena itu ia berharap setelah pelatihan ini pekebun bisa mengelola keuangan dan tidak menggunakannya untuk kebutuhan konsumtif. “Materi yang disampaikan silakan diterapkan atau dilakukan di KUD masing-masing. Akan sangat baik untuk kepentingan sendiri maupun lembaga, agar keuangan tidak lagi jebol, ” ujarnya.

Ia juga berpesan agar pekebun sawit menjadi contoh bagi petani/pekebun lainnya. Harapannya, petani/pekebun dapat meningkatkan ekonomi, bertanam secara tumpangsari untuk memanfaatkan waktu tunggu masa panen sawit.

Dalam berbagai kesempatan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, sawit perlu diperhatikan secara serius, mengingat kebutuhan minyak dunia yang semakin meningkat.  Karena itum pemerintah mendorong percepatan peremajaan sawit (replanting). “Produktivitasnya (tanaman sawit,red) tinggal 20-30 persen. Jadi kita harus segera replanting agar kita tidak kehilangan hasilnya,” ujar SYL.

Mengenai hal ini, kata SYL, Presiden Joko Widodo sudah meminta semua jajaran terkait, termasuk juga pemerintah daerah agar betul-betul membantu petani yang sudah rela memotong sawitnya untuk di-replanting.

Secara terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian  Dedi Nursyamsi mengatakan, secara ekonomi sawit telah berperan sebagai kontributor ekonomi utama wilayah, terutama pada 31 kabupaten dan kota di Indonesia.

Reporter : Regi (PPMKP)