Permintaan pasar daun dan umbi talas beneng semakin besar, namun belum dapat terpenuhi secara optimal. Hal ini memunculkan gap antara penawaran dan permintaan. Untuk itu diperlukan strategi untuk mengatasinya. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang Budi S Januardi menuturkan strategi yang diterapkan adalah dengan membentuk asosiasi pelaku usaha talas beneng.
Asosiasi akan memperkuat kelembagaan petani. Strategi lainnya yakni membentuk koperasi dan pendampingan para petani oleh para penyuluh (PPL) dalam melaksanakan usaha taninya. “Asosiasi inilah yang menampung dan memasarkan talas beneng petani, untuk jangka panjang usaha yg dijalankan berbasis korporasi petani dengan membentuk koperasi dan pendampingan yang terus menerus dari penyuluh lapangan,“ ujar Budi.
Kata Budi Saat ini di Pandeglang sudah ada tujuh workshop yang bergabung di dalam CV Putra Petani Gunung Karang di Kampung Cilaja Desa Cilaja, Kecamatan Majasari yang khusus mengolah Talas Beneng. Perusahaan ini menampung beneng dari petani sekitar bahkan dari luar kecamatan di Pandeglang.
Dalam hal permintaan Ia menuturkan Australia dan Selandia Baru membutuhkan 250 ton daun beneng kering dalam satu bulan. India dan Turki juga siap menampung umbi beneng olahan 70 ton per bulan.
“Pasar Beneng bisa dikatakan rebutan. Namun produksi di kita masih belum memenuhi pasar karena baru 11 kecamatan yang mengenal beneng. Kami terus menggencarkan penanaman beneng dengan target semua kecamatan punya tanaman ini,” jelasnya.
Kementerian Pertanian menetapkan Talas Beneng sebagai komoditas unggul lokal dan telah ditetapkan menjadi komoditas ekspor. Talas bernama latin Xantosoma Undipest K.Koch ini sudah sah menjadi icon Kabupaten Pandeglang melalui sertifikasi Kementan melalui Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT).
Masih kata Budi, budidaya beneng sangat mudah. Tanaman ini tidak mengenal musim dan lahan yang diperlukan pun bisa di bawah tegakkan pohon. “Menanam beneng bisa tumpang sari dengan tanaman lainnya. Untuk itu kami mengajak kepada semua warga untuk membudidayakan beneng,” ungkapnya.
Pengembangan pangan lokal menjadi perhatian Kementerian Pertanian. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus menggelorakan kampanye kembali ke pangan lokal.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menekankan selain kampanye, aspek kolaborasi menjadi penting untuk mendukung distribusi dan pemasaran komoditas pangan lokal dari pedesaan sebagai sumber pertanaman hingga dikonsumsi masyarakat.
Menurutnya semua kegiatan terkait pengembangan pangan lokal harus dilakukan terstruktur, sistematis dan masif melibatkan penyuluh pertanian untuk identifikasi produk spesifik lokasi, pemerintah daerah mendukung pengembangan Subterminal Agribisnis dan Toko Tani Indonesia [TTI] untuk memasok kebutuhan pangan ke perkotaan secara langsung maupun online melalui marketplace.
** Regi/PPMKP